Editor : Official SMAN 1 Mataram
Senin, 22 Agustus 2022
Mataram (SMANSAMTR) – Pembina Kerohanian Agama Katholik SMA Negeri 1 Mataram Drs. Benediktus Haro, M.Pd., mengadakan kegiatan pembinaan karakter untuk siswa-siswi peserta didik baru yang beragama Katholik Tahun Pelajaran 2022/2023.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, yaitu pada hari Jum’at 19 Agustus 2022 di ruang kelas agama Hindu SMA Negeri 1 Mataram yang dipandu oleh Drs. Benediktus Haro, M.Pd. dan pada hari Sabtu, 20 Agustus 2022 di Gereja Maria Immaculata Mataram yang dipandu oleh Rm. Danang.
Pada kegiatan ini tema yang diangkat yakni “Kemerosotan Peranan Hati Nurani”. Secara harfiah, suara hati adalah “suara” yang berasal dari kedalaman hati manusia atau pusat kedirian seseorang dan yang menegaskan benar salahnya suatu tindakan atau baik buruknya suatu kelakuan tertentu berdasarkan prinsip atau norma moral. Tegasnya, kita harus selalu berusaha untuk memenangkan hati nurani kita dan mengalahkan kecenderungan yang menyesatkan.
Menurut Pembinaan hati nurani dalam kitab suci (Gal 5 : 16 – 25), suara hati harus dimenangkan dan dikokohkan dengan berbagai usaha, kita harus peka terhadap sapaan dan rahmat Allah. Apa yang diungkapkan oleh Santu Paulus dalam suratnya kepada umat di Galatia merupakan sapaan Allah yang menuntun kita untuk hidup baik. Dalam hidup yang baik, setiap saat kita mengungkapkan dan mewujudkan iman kita.
Gaudium et Spes Art 16 antara lain mengatakan,
“Tidak jarang terjadi, bahwa hati nurani keliru karena ketidaktahuan yang tak teratasi. Karena hal itu, ia tidak kehilangan martabatnya. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi kalau manusia berikhtiar untuk mencari yang benar dan baik”.
Artinya manusia tidak boleh tunduk dan mengalah pada situasi yang membelenggu suara hati. Dengan bantuan Roh Allah kita dimampukan untuk mengalahkan kekuatan dahsyat yang menguasai suara hati kita, yang oleh Santu Paulus dinamakan kuasa/keinginan daging.
Dalam materinya, Benekditus juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa contoh suara hati yang tumpul yang kerap ditemukan di kalangan remaja dan kalangan masyarakat luas, yakni kebiasaan menyontek, free sex, kebiasaan menyogok supaya urusan lancar, praktek riba dan rente, praktek kebencian antar-suku dan sebagainya.
Maka dari itu dibutuhkan cara-cara untuk membina hati nurani agar senantiasa berada di jalan yang benar yakni dengan mencari keterangan pada sumber yang baik, yaitu: dari Al-Kitab; membaca dokumen-dokumen Gereja dan buku-buku lain yang bermutu; bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan/pengalaman yang dapat dipercaya; dan mengikuti kegiatan rohani.
Dalam (Mat 5:8):
Orang yang selalu mengikuti dorongan suara hati keyakinan akan menjadi sehat dan kuat. Dipercayai orang lain, karena memiliki hati yang murni dan mesra dengan Allah, seperti yang dikisahkan dalam Injil Matius : “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah”.
Diharapkan dengan adanya kegiatan pembinaan karakter ini dapat membantu dan mengarahkan siswa-siswi Smansa agar terarah kepada kebenaran di dalam Allah. Karena hati nurani mengajak manusia untuk mengarahkan kebebasannya kepada kehendak dan rencana Allah dalam dirinya.
“Menurut saya, kegiatan ini sangat positif karena dapat membentuk pribadi siswa-siswi yang akan memasuki masa muda yang penuh dengan godaan, apalagi dalam era seperti sekarang ini. Maka penguatan karakter melalui pembentukan suara hati sangat penting, sehingga generasi muda kita tidak mudah terjerumus dalam godaan yang menyesatkan. Mereka mampu menilai, memilah, dan memilih mana yang baik dan mana yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma moral.” Ungkap Benediktus. (Tim Humas & Kerohanian Katholik Smansa)